LINTAS-NEWS.COM, PONTIANAK –
Hari jadi Kota Pontianak jatuh pada tanggal 23 Oktober 2023, sejak berdirinya pada tahun 1771 silam, kini pada tahun 2023 Kota Pontianak sudah berusia 252 tahun.
Berikut catatan Pangeran Wiranata Kusuma Istana Kadriah Kesultanan Pontianak, Syarif Usmulyani Alqadrie, S.E, S.SiT, dalam sejarahnya Pontianak Kalimantan Barat tentang rekam jejak pendiri Kota Pontianak Syarif Abdurrahman Al-Qadri.
Awal mulanya sejarah timbul pada peradaban baru di sebuah wilayah hutan belantara yang saat ini menjadi pusat kota peradaban tidak terlepas dari peranan seorang pangeran raja muda yang jenius.
Syarif Abdurrahman Al-Qadri menginjakkan kakinya di Pontianak pada tanggal 4 bertepatan bulan Ramadhan 1185 H /1771M
Alasan Syarif Abdurrahman Al-Qadri
berketetapan memilih daerah Delta Sungai Kapuas dan Landak, karena beliau melihat letak strategisnya sebagai daerah yang nantinya untuk berkembang pesat dengan ramai lalu lintas dari pedalaman dan perdagangan antar pulau yang ada di Nusantara- Malaka dan Antar Negara.
Daerah ini sangat strategis dibangun untuk dijadikan sebagai pusat peradaban budaya (islam) dan pusat kekuasaan/ Kesultanan di pantai Barat Kalimantan. Maka diputuskan membangun pusat pemerintahan yaitu kesultanan.
Baca Juga : Semarak Hari Jadi ke-252 Pontianak, Warga Diimbau Pasang Pohon Manggar, Cek Twibbon Disini
Dalam cacatan Syarif Usmulyani Alqadrie, hasil pemikiran beliau sangat jenius, beliau yang masih muda dan kaya juga berpengalaman, sudah berlayar ke berbagai negeri mulai dari Sumatera, Malaka, Banjar, Kerajaan Pasir dan dengan pergaulannya dalam berinteraksi pedagang dari cina, perancis, inggris, spanyol, maupun belanda.
Syarif Abdurrahman mendorong keinginannya menjadikan Pontianak sebagai pusat perdagangan dan pusat kekuasaan, menyaingi kerajaan yang sudah ada maupun dominasi dari kekuaasaan pedagang asing seperti Belanda VOC dan Inggeris yang telah lebih dulu menguasai perdagangan di indonesia dan Malaka.
Sejak saat itu, mulailah beliau bertekad memperkuat perahu-perahu dagangnya berlayar ke negeri Siak, Riau, Malaka, Siantan, Jambi, Palembang, Bangka dan Belitung. Serta negera-negera di pantai barat pedalaman kalimantan.
Mulailah perahu-perahu dan kapal-kapal melakukan bongkar muat barang-barangnya di Pontianak dari hasil bumi yang ada, karena dengan kekuatan perahu layar yang besar lengkap dengan persenjataan yang dimiliki beliau, membuat para pedagang merasa aman berdagang di Pontianak.
Para lanon perompak bajak Laut merasa gentar dengan kekuatan armada laut yang dimiliki syarif Abdurrahman. Maka sejak saat itu tersebarlah berita tersebut kesantero pelosok negri, dan selanjutnya mulailah Syarif Abdurrahman mengembangkan kekuasaannya dengan menaklukkan kerajaan-kerajaan disekitarnya. Tujuannya satu menunjukkan eksistensi sebagai kerajaan baru yang patut untuk disegani oleh kawan maupun Lawan.
Sultan Abdurrahman bin Habib Husin adalah putra asli Kalimantan kelahiran Matan dari ibunya Kerajaan Matan dan istrinya dari Keturunan Raja Bugis Mempawah juga dari Kerajaan Banjar. Maka lengkaplah dari orang tuanya Habib Husin Keturunan Arab.
Ini membuktikan pada sejarah betapa Sultan Abdurrahman Alqadrie telah memberikan pondasi bahwa sejak dahulu Pontianak sudah dikenal dunia selain sebagai pusat kekuasaan, juga sebagai pusat perdagangan dan pusat peradaban budaya ( islam ).