Peran Keraton Ismahayana Landak Pada Masa Kolonial

Foto bersama team, Jonatan Billy, Arjuna Febryant Saragih, Ananda Selly Carisa, Grace Erinnia Laman, Deby Nirama Putri. Mahasiswa Pendidikan sejarah IKIP PGRI Pontianak

LINTAS NEWS, LANDAK – Sejak berdirinya kerajaan Landak pada tahun 1294, tentunya banyak sejarah dan tragedi yang sudah dilalui salah satunya dalam menghadapi kolonialisme yang masuk di Kalimantan Barat  pada saat itu. Belanda masuk ke kalimantan Barat pada tahun 1598 dan kerajaan Landak pada saat itu merupakan salah satu yang menjadi sasaran kolonial karena di daerah dekat kerajaan tersebut terdapat hasil alam berupa intan, emas dan rempah-rempah yang merupakan salah satu penyebab kolonialisme Belanda memasuki kalimantan barat. Berikut ini merupakan 5 peran keraton Ismahayana Landak dalam menghadapi kolonialisme menurut Ya` Mohamad Syarif, SH. Sebagai Juru Mudah Sejarah Keraton Ismahayana Landak.

Peran Mempertahankan Wilayah Dari Kolonial

wilayah Landak yang kaya akan hasil alamnya tentunya menjadi perhatian bagi kolonial, bagaimana tidak dengan hasil alam yang melimpah, perhatian ini menjadi akar politik kolonial dengan pihak kerajaan untuk menginvasi agar mau bekerja sama dengan pihak kolonial. Wilayah kekuasaan akan terancam jika pihak kerajaan tidak memperhitungkan dengan baik tujuan dan politik kolonial VOC. VOC menguasai kerajaan Landak selama kurang lebih 10 tahun terhitung dari 1758 hingga 1768 yang diambil alih oleh wakil Raja, Raden Anom Jaya Kusuma yang menandai pemindahan kerajaan dari Bandong dan dipindahkan ke kota Ngabang.

Gambar Peta Kalimantan Barat 1740

Peran Dalam Ekonomi Dan Sosial, Serta Pendidikan

Sangat jelas bahwa seharusnya pemerintah kerajaan harus menjaga kestabilan ekonomi dan sosial masyarakatnya agar tetap terjaga. Bagaimana tidak, landak yang memiliki pengaruh penting bagi perdagangan dan perekonomian bagi Daerah. Pendidikan juga menjadi bidang penting bagi masyarakat. Sehingga masyarakat jangan mau menjadi budak oleh pihak kolonial. Kerajaan harus mengedukasi masyarakat agar tidak mudah terpengaruh oleh kolonial baik belanda maupun jepang. Salah satu kemajuan Landak dalam bidang pendidikan ialah pembuatan buku Lontar dengan judul ”Indoek Lontar Keradjaan Landak” oleh Gusti Soelong Lelanang pada tahun 1942. VOC juga mempunyai strategi politik yang bagus dalam ekonomi sehingga jika kerajaan tidak bijaksana dalam menghadapi itu maka kekuasaan kerajaan akan jatuh ketangan mereka.

Peran Keraton Dalam Menjaga Interaksi Antara Masyarakat Sekitar Saat Dibawah Kekuasaan Kolonial

Pada waktu itu kolonialisme mempunyai pengaruh besar bagi masyarakat sehingga kerajaan sangat menjaga hubungan masyarakatnya dengan kolonialisme. Pihak kerajaan landak pun harus terus mengawasi masyarakat nya agar itu tidak terjadi. Karena kejadian itu nyata, dimana para petinggi kerajaan pun bisa menghianati kerajaannya demi kekuasaan yang dijanjikan oleh kolonial. Pada masa kolonial bisa digambarkan keadaan masyarakat sekitar sangatlah tertekan di bawah kekuasaan kolonial. Dimana kolonial memerintah para rakyat pada masa itu dengan keterpaksaan untuk melakukan apapun yang diperintah oleh pihak kolonial. Sehingga pihak keraton harus sangat bijaksana dalam mengawasi masyarakat yang berada di bawah kekuasaan kolonial. Kerajaan Ismahayana aktif dalam menjaga hubungan dengan keraton lainnya seperti Kesultanan Sambas, Kesultanan Mempawah, Kerajaan Sanggau, Kerajaan Tayan, dan Kerajaan Matan.

Gambar Gusti Abdul Hamid

Peran Untuk Menjaga Hubungan Keraton Dengan Pihak Kolonial

Kolonialisme sudah tersebar di Kalimantan Barat sehingga kerajaan – kerajaan dibawah kekuasaan mereka dan hal ini menjadi problematika bagi raja di masing-masing kerajaan. Keraton Landak/Ismahayana harus tetap menjaga hubungan dengan kolonial agar tidak terjadi langsung pertumpahan darah sehingga mengakibatkan kerugian bagi masyarakat landak. Para menteri kerajaan landak juga memiliki hubungan yang sangat dekat dengan kolonial. Salah satunya Pangeran mangku gusti bujang merupakan pengeran yang memiliki hubungan erat terhadap pihak belanda. Maksud dari kedekatan antara beliau dengan pihak kolonial bukanlah sebagai pengkhianat seperti yang lainnya, melainkan kedekatan untuk hubungan dalam bidang politik dengan pihak kolonial. Sehingga dengan adanya hubungan antara keraton dengan pihak kolonial, ada beberapa putra landak yang disekolahkan ke sekolah belanda, termasuk panembahan gusti abdul hamid juga disekolahkan di sekolah belanda pada tahun 1918. MULO, Sekolah Umum Zaman Hindia Belanda. STOVIA, Sekolah Dokter Zaman Hindia Belanda. Hollandsch Inlandsche School (HIS), Sekolah Bumiputra untuk Bangsawan. Technische Hoogeschool te Bandoeng, Sekolah Teknik Zaman Belanda, Hoogere Burgerschool (HBS), Sekolah Menengah Umum Hindia Belanda. Ini merupakan sekolah Milik Belanda di Indonesia.

Gambar Pegawai Ismahayana Landak dengan Obsir Belanda.

Peran Dalam Konflik Yang Dihadapi Dan Juga Kerjasama Dengan Pihak Kolonial

Tak bisa dihindari bahwa konflik akan terus terjadi karena perbedaan pendapat antara kolonial dan kerajaan dilandak. Pihak-pihak ini harus menjaga kerjasama yang efektif agar konflik bisa dihindari tetapi jangan sampai rakyat menjadi korban perbudakan kolonial. Sehingga bisa kita dapati beberapa pemberontakan yang dilakukan oleh kalangan kerajaan Landak kepada kolonialisme. Kehadiran Belanda di Kalimantan Barat lambat laun menggoyahkan posisi para sultan sebagai pemimpin masyarakat dibeberapa wilayah di Kalimantan Barat. Tak hanya ranah politik yang diambil, Belanda juga menyerap segenap sumber daya ekonomi dan manusia. Masyarakat ngabang dimanfaatkan untuk bekerja dilokasi-lokasi penambangam intan milik VOC. menyadari situasi ini sangat merugikan kerajaan dan rakyat Landak, sultan beserta rakyat landak kemudian melakukan pemberontakan. Terdapat dalam catatan administratur kolonial pada masa itu perlawanan pada pemberontakan oleh Ratu Adil pada 1831, pemberontakan Gusti Kandut pada tahun 1890, serta pemberontakan Gusti Abdurrani pada tahun 1899.

Kemudian terkait juga dengan kerja sama antara pihak Belanda dengan keraton. Dalam sejarahnya, Kerajaan Landak menghadapi berbagai konflik dan berinteraksi dengan pihak kolonial. Kebijakan pemerintah kolonial Belanda memiliki dampak signifikan terhadap kerajaan dan masyarakat pribumi di wilayah tersebut. Sebagian masyarakat pribumi berusaha mencari perlindungan dengan berkerjasama dengan pemerintah kolonial, sementara sebagian lainnya melakukan perlawanan terhadap kebijakan kolonial yang memberatkan.

Kerajaan Landak, melalui keraton Ismahayana, menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan lain di sekitar Kalimantan, yang mencerminkan keterbukaannya terhadap dunia luar. Selain itu, keraton ini juga memainkan peran dalam mempertahankan identitas, budaya, dan tradisi masyarakatnya di tengah tekanan kolonialisme. Meskipun sumber-sumber tertulis yang membuktikan sejarah kerajaan ini terbatas, keraton Ismahayana Landak memiliki kronik sejarah yang relatif panjang, yang mencerminkan kompleksitas peran dan interaksi Kerajaan Landak dalam konteks kolonialisme. Meskipun beberapa perlawanan tidak berhasil, tapi ini tidak memadamkan cita-cita kemerdekaan rakyat Landak.

Sumber : Jonatan Billy, Arjuna Febryant Saragih, Ananda Selly Carisa, Grace Erinnia Laman, Deby Nirama Putri. Mahasiswa Pendidikan sejarah IKIP PGRI Pontianak