LINTAS NEWS, PONTIANAK – Ketua Masyarakat Transportasi Udara Indonesia (MTUI) Kalbar, Syarif Usmulyani menyampaikan khawatiran hadirnya bandara Singkawang tidak berumur panjang dalam durasi masa operasional atau hanya sekedar euforia.
Ia menilai jarak tempuh dari Bandara Singkawang dengan Bandara Internasonal Supadio Pontianak, hanya sekitar 1,5 jam.
Kekhawatiran operasional Bandara Singkawang dalam jangka panjang akan sepi, kemumgkinan hanya difungsikan untuk hal-hal insidentil saja. Seperti momen-momen event pariwisata saja.
“Biaya operasional bandara setiap hari. Cost-nya sangat tinggi,” kata Usmulyani. Selasa, 19/3/2024
Usmulyani juga menyoroti fasilitas landasan pacu Bandara Singkawang saat ini panjangng runway masih 1.400 meter exiting dengan keadaan kondisi runway hanya jenis Pesawat ATR, bahkan tidak mendukung pendaratan pesawat-pesawat komersil.
Selain itu, ia meragukan sertifikasi fasilitas Bandara Singkawang, termasuk alat instrument pendaratannya, dan mempertanyakan kelengkapan fasilitas penerbangannya.
Bangunan terminal sudah bisa atau belum memenuhi standar ICAO Internasional civil aviation organization
Alat Bantu pendaratan atau Visual Aid sudah ada apa belum VASIS atau ILS + Runway Light, Alat Komunikasi VHF
Menara pengawas +ATC semua itu sudah ada dan sudah tersertifikasi? Apron tempat parkir pesawat jangan sampai Crowded antar Maskapai.
“Kalau semua itu belum terpenuhi sangat riskan Bandara itu dioperasikan, jangan sampai Bandara Singkawang di beri label, Black Airport oleh ICAO,” uangkapnya.
Kemudian dirinya mempertanyakan kemampuan APBD pemerintah setempat juga dikhawtirkan tak mampu menunjang operasional bandara dalam jangka panjang.
“Kehawatiran saya, suatu infrastruktur dibangun, jangan sampai kontra produktif, karena kita hanya eforia,” tutupnya.