Pejabat PBB : Aerangan Udara Israel di Gaza Tidak akan Berhenti

Serangan udara Israel di Gaza tidak akan berhenti, kata seorang pejabat PBB, setelah mengunjungi rumah sakit yang kesulitan merawat korban luka.

LINTAS NEWS – Gemma Connell dari badan kemanusiaan PBB Ocha menyampaikan apa yang di lihat di rumah sakit Al-Aqsa di Gaza tengah pembantaian besar-besaran.

Banyak orang yang terluka parah tidak dapat dirawat karena rumah sakit kepadatan penuh, katanya Gemma Connell. Dilansir dari BBC

 

Perdana Menteri Israel sebelumnya berjanji akan mengintensifkan perlawanan terhadap Hamas.

Benjamin Netanyahu mengatakan telah mengunjungi Gaza pada Senin, (25/12/2023) pagi bahwa kampanye militer Israel di sana belum berakhir.

Kemudian komentar muncul beberapa hari setelah Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan Israel harus mengurangi intensitas serangannya.

Dalam perkembangan lain, Pentagon mengatakan angkatan bersenjata AS telah melakukan serangan udara di Irak terhadap milisi yang disponsori Iran sebagai tanggapan atas serangan terhadap pangkalan udara Irbil yang melukai tiga personel militer AS, salah satunya dalam kondisi kritis.

Menteri Pertahanan Lloyd Austin mengatakan serangan itu menargetkan tiga fasilitas yang digunakan oleh kelompok Kataeb Hezbollah yang didukung Iran dan afiliasinya.

Dia mengatakan telah terjadi serangkaian serangan oleh milisi terhadap pangkalan AS di Irak dan Suriah, dan menekankan bahwa AS tidak akan ragu untuk melindungi rakyat dan fasilitasnya.

Terjadi peningkatan aktivitas Kataeb Hizbullah dan milisi bersenjata lainnya di wilayah tersebut setelah operasi militer Israel di Gaza.

Tom White, direktur badan PBB untuk pengungsi Palestina UNRWA, mengatakan kepada program Newshour BBC World Service bahwa saat ini diperkirakan ada 150.000 orang di Gaza tengah yang telah menerima perintah evakuasi dari militer Israel.

“Apa yang saya lihat di Rumah Sakit Al-Aqsa di [kota] Deir al-Balah benar-benar pembantaian besar-besaran.” Sampainya kepada Newshour, Ms Connell

Banyak korban dengan luka-luka yang sangat parah namun tidak dapat diobati karena ada begitu banyak orang yang mengantri untuk dioperasi, dan rumah sakit sudah penuh dan sesak.

“Dan beberapa dari mereka yang saya lihat adalah orang-orang yang terkena serangan” katanya laporan di kamp pengungsi Al-Maghazi di Gaza tengah.

Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas mengatakan sedikitnya 70 orang tewas dalam serangan Israel.

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan mereka telah menerima laporan tentang insiden di kamp Maghazi

Ia menambahkan bahwa tantangan yang ditimbulkan oleh Hamas beroperasi di wilayah sipil di Gaza, IDF berkomitmen terhadap hukum internasional termasuk mengambil langkah-langkah yang layak untuk meminimalkan kerugian terhadap warga sipil.

Ms Connell juga mengatakan bahwa ketika dia mengunjungi Al-Aqsa ada serangan udara baru yang menghantam daerah sekitar rumah sakit di area tengah dan korban baru masuk.

“Saya melihat seorang anak laki-laki berusia sembilan tahun dengan cedera kepala parah meninggal dunia,” tambahnya.

“Ada serangan lagi hari ini dan banyak korban berjatuhan, beberapa dari serangan tersebut terjadi di daerah dimana orang-orang telah diperintahkan untuk mengungsi, sekali lagi kembali ke pernyataan yang saya pikir, saya muak untuk mengatakan: bahwa tidak ada tempat yang aman di Gaza,” ungkapnya.

Bahkan ketika orang-orang diminta untuk mengungsi, tempat-tempat yang mereka tuju tidaklah aman.

Perang dimulai pada 7 Oktober setelah Hamas memimpin serangan mematikan terhadap komunitas di Israel, menewaskan 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyandera sekitar 240 orang. Israel mengatakan 132 orang masih ditahan.

Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas mengatakan sekitar 20.674 warga Palestina telah tewas dalam pemboman Israel sejak saat itu. Sebagian besar korban jiwa dikatakan adalah anak-anak dan perempuan.

Media Israel dan Arab melaporkan bahwa Mesir telah mengusulkan rencana gencatan senjata antara kedua belah pihak.

Menurut laporan, rencana tersebut akan mencakup pembebasan bertahap semua sandera Israel dan sejumlah tahanan Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel selama satu setengah bulan, yang diakhiri dengan penangguhan serangan Israel.

Kesepakatan gencatan senjata sementara sebelumnya dinegosiasikan oleh Qatar menghasilkan puluhan sandera dibebaskan dari Gaza dengan imbalan tahanan Palestina.

Sejauh ini, baik Israel dan Hamas menolak seruan gencatan senjata.